Perkembangan Moralitas Anak
A.
Pendahuluan
Perkembangan penalaran moral berkaitan dengan aturan
dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam
interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral dapat terlaksana apabila:
1. Anak
sudah mampu bernalar atau berfikir tentang aturan-aturan yang menyangkut etika
perbuatan. Fokusnya adalah pada penalaran yang digunakan oleh anak untuk
membenarkan suatu keputusan moral.
2. Perilaku
anak sesuai dengan suasana dan lingkungan moral.
3. Anak
merasa bersalah apabila melanggar aturan yang telah ditetapkan dan sebaiknya ia
merasa senang bila dapat melawan godaan.
Moralitas atau moral adalah istilah yang berasal dri
bahsa latin mos yang berarti cara hidup atau kebiasaan. Secara harfiah istilah
moral berarti sama dengan istilah etika, tetapi dalam praktiknya istilah moral
telah jauh dari istilah harfiahnya. Moral atau moralitas ini dilandasi oleh
niali-nilai tertentu yang diyakini oleh orang-orang tertentu sebagai sesuatu
yang baik atau buruk, sehuingga pada akhirnya dapat membedakan mana yang patut
dilakukan dan perkara mana yang harus ditinggalkan. Setidaknya ada enam prinsip
moral yaitu:
1. Prinsip
keindahan
2. Prinsip
persamaan
3. Prinsip
kebebasan
4. Prinsip
kebaikan
5. Prinsip
keadilan
6. Prinsip
kebenaran
Secepat individu menyadari bahwa ia
merupakan bagian anggota dari kelompoknya, secepat itu pula pada umumya
individu menyadari bahwa terdapat aturan-aturan prilaku yang boleh atau tidak
boleh, harus atau terlarang melakukannya. Aturan-aturan yang boleh atau tidak
boleh itu disebut moral. Proses penyadaran moral tersebut berangsur tumbuh
melalui interaksi dengan lingkungannya di mana ia mungkin mendapat larangan,
suruhan, pembenaran atau persetujuan, kecaman atau ancaman, atau merasakan
akibat-akibat tertentu yang mungkin menyenangkan atau memuaskan mungkin pula
mengecewakan dari perbuatan yang dilakukannya.
B.
Perkembangan
Moral Pada Masa Anak-Anak Awal
Mengacu
pada teori perkembangan moral, anak-anak usia pra sekolah yang penalaran
kognitif ada pada tahap pra-operasional, perkembangan moralnya juga masih
terbatas. Perkembangan pada tahap ini merupakan penalaran oral yang
prakonvesional. Penalaran moral pada tahap ini mendasarkan pada objjek di luar
iindividu sebagai ukuran benar atau salah. Anak pada masa ini ada pada stadium orientasi
patuh dan takut hukuman.
Pada
tahap ini anak menilai semua perbuatannya sebagai benar atau salah berdasarkan
akibat-akibatnya dan bukan berdasarkan motivasi yang mendasarinya. Masa-masa
ini merupakan masa penegakan disiplin. Menurut Hoffman (Hurlock, 1980)
pertumbuhan moral anak erat hubungannya dengan kegiatan mendisiplinkan anak.
1. Kedisiplinan anak
Disiplin merupakan cara orangtua
mengajarkan anak-anak nya perilakun moral yang diterima kelompok. Tujuannya
adalah untuk memberitahukan kepada anak perilaku mana yang baik dan mana yang
buruk dan mendorongnya untuk berprilaku sesuai dengan standar-standaryang
ditetapkan. Melalui disiplin, anak dapat belajar berprilaku dengan cara yang
diterima oleh masyarakat. Pokok utama disiplin sebenarnya dalah peraturan,
yaitu pola tertentu yang ditetapkan untuk mengatur pola prilaku anak. Jadi
sebaiknya orang tua membuat peraturan yang sesuai dengan usia dan perkembangan
anak, yang dapat dimengerti dan diterima anak, yang diterapkan oleh konsisten
oleh siapapun agar upaya mendisiplinkan anak dapat berjalan dengan baik.
Ada
empat unsur dalam disiplin yaitu (Hurlock, 1980):
a.
Peraturan sebagai pedoman perilaku
b.
Konsistensi dalam menerapkan peraturan
dan cara yang digunakan.
c.
Hukuman bagi pelanggaran peraturan.
d.
Hadiah atau penghargaan untuk perilaku
yang sesui dengan peraturan.
2. Disiplin yang efektif
Disiplin yang diterapkan pada anak
hendaknya memang berkaitan dengan upaya pembentukan prilaku positif yang penting dimiliki oleh
anak, dan disesuaikan dengan perkembangannya. Oleh karena itu harus ditunjukan
untuk mengevaluasi prilaku positif dari anak, yang ditampakan dalam lima
kriteria disiplin yang efektif, yaitu:
a.
Anak merasa disiplin itu penting
baginya.
b.
Dipatuhi dan dilakukan dengan semangat.
c.
Mengajarkan ketrampilan hidup dan
keterampilan sosial yang bernilai untuk karakter yang baik.
d.
Membantu anak mengembangkan keyakinan
bahwa mereka memiliki kemampuan.
Pengenalan
disiplin kepada anak oleh orangtua harus dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan dan penuh kasih sayang, demikian juga yang harus dilakukan oleh
guru kepada peserta didiknya. Jones (2000). Mengmukakan beberapa teknik
disiplin yang efektif yaitu:
a.
Ignoring, dilakukan dengan cara
mengabaikan anak bila melakukan perbuatan yang salah.
b.
Modeling, imitasi merupakan salah satu
metode efektif untuk belajar sesuatu bagi anak.
c.
Rules, artinya dibuat secara adi; dan
rasionable dan berilah penjelasan kepada anak sesuai dengan kemampuan
kognitifnya mengapa aturan itu dibuat.
d.
Time out, bila anak melanggar aturan,
maka diberi waktu beberapa saat untuk anak memahami bahwa mereka telah
berprilaku yang tidak diterima.
e.
Natural and logical consequences, anak menerima konsekuensi apabila tidak mau
melakukan aturan.
f.
Allowing child to take a risk, bila anak
melanggar maka anak akan mengalami resikonya.
g.
Restricting acti tvities to specific
places, perilaku tertentu dapat dilakukan disuatu tempat, tetapi tidak di
tempat lain.
h.
Anticipating situation that my produce
stress of children, mempersiapakan anak
menghadapi situasi tertentu agar tidak stress.
i.
Planning and Structuring
activities, aktivitas yang terencana da
terstruktur dan tidak berlebihan yang sesuai dengan usia anak.
j.
Building children self-esteem, membantu
anak untuk memperoleh kepercayaan diri dan memperbaiki self-conceptnya agar
self-esteemnya meningkat, dengan cara memerhatikan anak saat being good dan
memberi pujian.
k.
Stating expectation in advance, membuat
anak mengetahui apa yang diharapkan dan harus tertulis.
l.
Giving “I” statements, berbagi perasaan
dari pada menyalahkan anak.
m.
Encouraging children to set rules for
themselves, memberi pemahaman bahwa baturan dibuat untuk dirinya sebagai alat
kontrol perilakunya.
3. Pelanggaran
Anak dapat melakukan berbagai macam
pelanggaran namun bentuk yang sering dilakukan adalah ketidakteraturan, menisap
ibu jari, mengompol, membuat suasana ribut, ledakan amarah, berbohong, merusak,
bermain curangdan menggeluyur. Namun pada masa anak awal, pelanggran yang
dilakukan berkaitan juga dengan belum matangnya anak, yang berangsur-angsurakan
berkurang dengan bertambah nya usia.
4. Manfaat Disiplin
Oleh sebab itu kedisiplinan harus
dilatihkan kepada anak sejak awal agar anak mempunyai kebiasaan berprilaku yang
baik, tertib yang akan sngat berguna dalam mendukung perkembangaa aspek-aspek
lainya dan untuk krhidupan kelak. Melalui disiplin anak akan:
a.
merasa aman, karena ia akan tahu mana
yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
b.
Membantu anak menghindari perasaan
bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah.
c.
Memungkinkan anak hidup menurut standar
yang disetujui kelompok sosial.
d.
Merasa disayang dan diterima akibat dari
reward perlakukan baiknya.
e.
Pendorong ego yang mendorong anak
mencapai apa yang diharap darinya.
f.
Membantu anak dalam mengembangkan hati
nuraninya karena “suara dari dalam” membimbing anak membuat keputusan dan
mengendalikan perilakunya.
5. Hukuman
Dalam upaya mendisiplinkan anak, kadang
kala ada orang tua yang menerepkan pemberian hukuman dalam beberapa bentuk,
namun seringkali dalam bentuk hukuman fisik.
Menurut
Gershoff (Santrock, 2007), hukuman fisik berkorelasi dengan rendahnya tingkat
kesadaran dan aggresivitas pada anak, rendahnya tingkat internalisasi moral,
dan kesehatan mental yang lebih rendah. Beberapa pendapat menyatakan perlunya
menghindari hukuman dengan alasan sebagai berikut:
a.
Orangtua yang menghukum anaknya derngan
berterriak, menjerit, dan memukul akan menjadi model lepas kendali ketika
menghadapi situasi yang menekan bagi anal-anaknya.
b.
Hukuman bisa menanamkan rasa takut,
kemarahan dan penghindaran.
c.
Hukuman memberi onformasi pada anak
tentang apa yang tidak boleh dilakukan bukan apa yang harus dilakukan.
d.
Hukuman bisa bersifat menyiksa. Walaupun
sebenernya orangtua tidak bermaksud demikian.
Mengingat
efek yang ditimbulkan dari pemberian hukuman, kebanyak psikolog anak
merekomendasian agar orang tua menghindari terutama hukuman fisik, dan apabila
apabila anak melakukan kesalahan lebih baik mengajak anaknya berpikir logis,
yaitu menjelaskan akibattindakan anak khususnya terhadap orang lain.
Hukuman
seringkali mengakibatkan seseorang menjadi merasa down dan “buruk”. Ada tiga
efek negatif hukuman yang dapat muncul yag disebut dengan three R’s of
Punishment, yaitu prilaku:
a.
Rebellion
b.
Revenge
c.
Retreat.
C.
Perkembangan
Moral pada Masa Anak-anak Akhir
·
Anak berbuat baik bukan untuk mendapat
kepuasan fisik, tetapi untuk mendapatkan kepuasan psikolog yang diperoleh
melalui persetujuan sosial.
·
Karena lingkungan lebih luas, kaidah
moral sebagian besar ditentukan olah norma-norma yang terdapat dalam
kelompoknya.
·
Usia sekitar 10-12 tahun sudah mengenal konsep moralitas
seperti kejujuran, keadilan, dan kehormatan.
·
Oerbuatan baik-buruk dilihat dari apa
motif melakukan hal tersebut.
1. Disiplin Pada Masa Anak-anak akhir.
Disiplin dapat dilakukan dengan beberapa cara
(Papalia dkk, 2008), antara lain:
a.
Penarikan kasih sayang.
Adalah
bentuk disiplin dimana orang tua menahan pemberian atensi atau kasih sayang
terhadap anak.
b.
Penegakan kekuasaan.
Adalah
teknik disiplin dimana orang tua mencoba untuk mengambil alih kontrol dari si
anak atau mengambil alih sumber daya yang dimiliki anak.
c.
Induksi
Yaitu
teknik disiplin dimana orangtua menggunakan penalaran dan penjelasan tentang
konsekuensi perilaku anak terhadap oranglain.
Walaupun
ada berbagai hasil penelitian, namun model ketiga yaitu induksi, lebih
berhubungan secara positif dengan perkembangan moral dari pada penarikan kasih
sayang dan penegakan kekuasaan. Induksi lebih berhasil pada anak usia sekolah
dasar dibandingkan pada anak prasekolah, dan lebih berhasil pada anak dengan
status sosial ekonomi menengah daripada yang rendah.
1) Discipline style
Gaya
disiplin mempunyai pengaruh besar bpada keterampilan sosial anak. Hart dkk
(1992) mengemukakan ada tiga gaya disiplin, yaitu:
-
Permissive discipline style. Gaya
disiplin ini ditandai dengan kecenderungan orangtua untuk memenuhi keinginan
anak dan tidak memberi batasan yang tegas.
-
Power assertive discipline style.
Ditandai dengan pemberian perintah tanpa tujuan dan penjelasan atau dengan
menggunakan taktik mengancam atau hukuman fisik untuk mengontrol prilaku anak.
-
Inductive discipline style. Ditandai
dengan pemberian alasan, penjelasan sebab-akibat, penjelasan tentang
konsekuensinya, negoisasi dan umpan balik.
2) Jenis-jenis hukuman
Anak-anak yang tidak disiplin, biasanya
mendapat hukuman. Ada bermacam-macam hukuman yang masing-masing mempunyai efek
yang berbeda. Menurut Wilson (1999), jenis-jenis hukuman meliputi:
-
Physical punishment. Hasi;-hasil riset
secara konsisten menunjuka bahwa hukuman fisik bersifat negatif seperti
munculnya rasa marah, dendam dan rendah diri serta malu.
-
Spoken punishment. Berefek pada
self-esteem yang rendah.
-
Witholding rewards. Melarang anak
melakukan aktivitas yang menyenangkan karena prilaku buruknya dan reward
diberikan bila berprilaku positiv.
-
Penalties.anak harus memberikan sesuatu
yang berefek tidak menyenangkan karena prilaku salahnya.
3) Kaitan Perkembangan Moral dengan
Pengasuhan orangtua
Hasil penelitian Einsberg dan Valiate
2002. Menunjukan bahwa anak yang memiliki perkembangan moral yang baik adalah
anak yang orang tuanya memiliki kecenderyang orang tuanya memiliki
kecenderungan:
-
Hangat dan mendukung , kettimbang
menghukum.
-
Menggunakan disiplin model induktif
-
Memberi kesempatan untuk anak untuk
mempelajari dan memahami perasaan oranglain.
-
Melibatkan anak dalam pengambilan
keputusan keluarga dan dalam proses pemikiran mengenai keputusan moral.
-
Menjadi model penalaran dan prilaku
moral, menyediakan kesempatan bagi anak untuk melakukan hal tersebut.
-
Menyediakan informasi mengenai prilaku
apa yang dharapkan dan mengapa.
-
Membangun moralitas internal dan bukan
eksternal.
4) Pendidikan Moral anak
Orangtua berperan penting dalam
perkembanganan moral anak. Namun sayangnya kebanyakan orangtua tidak
mempraktekan pola asuh dan pendidikan tepat untuk mewujudkan keinginannya
tersebut. Seringkali orang tua menginginkan anaknya mempunyai prilaku yang
baik, tetapi tidak mengajarkan atau melatihnya padahal perilaku yang baik tidak
dapat terbentuk dengan sendirinya tetapi harus dibentuk. Hal ini disebabkan
karena faktor kepribadian, pengalaman attachment, kekurangan informasi,
cultural expectation, atau problem kesehatan mental.
Selain
dilakukan oleh orangtua secara langsung
pada anak, pendidikan moral dapat dilakukan dengan beberapa cara antaralain:
-
Kurikulum tersembunyi disekolah.
Kurikulum ini berupa atmosfer moral yang diciptakan oleh sekolah dan kelas,
orientasi moral dari para guru dan staff administrasi sekolah, serta memasukan
dalam materi teks pelajaran.
-
Pembelajaran pelayanan. Merupakan bentuk
pendidikan yang mengangkat tanggungjawab sosial dan pelayanan terhadap
komunitas.
-
Pendidikan karakter. Yaitu mengajarkan
anak untuk “melek moral” dengan memahami nilai-nilai karakter positif yang hrus
dimiliki untuk mencegah mereka melakukan prilaku immoral.
5) Karakter yang harus dikembangkan.
Menurut Indonesia Heritage (Megawangi,
2003), ada sembilan faktor yang penting dimiliki oleh setiap individu, yaitu:
-
Cinta kepada Allah SWT dan semesta
beserta isinya.
-
Tanggungjawab, disiplin, mandiri.
-
Jujur
-
Hormat dan santun.
-
Kasih sayang, peduli dan kerjasama
-
Percayadiri, kreatif, dan pantang
menyerah
-
Keadilan dan kepemimpinan
-
Baik dan rendah hati.
-
Toleransi, cinta damai dan persatuuan.
Selanjutnya
Megawangi (2003) menambahkan dalam proses pembentukan karakter ada tiga hal
yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama , mengerti baik dan buruk ,
mengerti tindakan apa yang harus diambil dan mampu memberikan prioritas hal-hal
yang baik.
Kedua,
mempunyai kecintaan terhadap kebajikan dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan
ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Ketiga, mampu
melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Pada tahap ini, kebajikan sudah
diwujudkan dalam bentuk perilaku dan sudah menjadi tindakan yang bisa
dilakukan.
D.
Issu
mengenai Seks Bebas dan Solusiya
Di
negara kita saat ini, banyak sekali terjadi penyimpangan moral dan hal itu dilakukan oleh masyarakat
kita dari berbagai kalangan dan usia. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena
hal tersebut akan membawa dampak negatif pada keadaan negara kita. Ada banyak
contoh yang perlu anda ketahui yang termasuk dalam kategori penyimpangan moral.
Informasi tersebut diharapkan membuat anda paham tentang penyimpangan itu
sehingga mampu menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan tersebut.
“Penyimpangan moral
tersebut bisa diakibatkan oleh budaya barat yang tidak disaring dengan baik
sehingga semuanya diserap oleh generasi muda kita. Dalam masa pubertas,
keinginan mereka untuk mencoba sangat besar dan sering mereka tidak memikirkan
resiko dari perbuatannya tersebut.”
Contoh
penyimpangan
moral dikalangan remaja adalah perilaku seks bebas, pemakaian
narkoba, budaya hedonisme dan juga gaya berpakaian yang tidak sepantasnya. Jika
hal ini dibiarkan maka generasi muda kita akan hancur dan bangsa ini akan jauh
dari kemajuan dan kemakmuran. Selain itu, hal tersebut akan membawa pengaruh
yang buruk pada system sosial negara kita. Penyimpangan tersebut sudah terjadi
sejak lama dan banyak orang yang menutup mata dan telinga dari kondisi ini.
Penyimpangan moral
tersebut bisa diakibatkan oleh budaya barat yang tidak disaring dengan baik
sehingga semuanya diserap oleh generasi muda kita. Dalam masa pubertas,
keinginan mereka untuk mencoba sangat besar dan sering mereka tidak memikirkan
resiko dari perbuatannya tersebut. Selain budaya barat, kondisi keluarga juga
menjadi penyebab dari penyimpangan moral pada kalangan remaja. Mungkin orang
tua lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah untuk bekerja sehingga para
remaja tersebut kurang kasih sayang, pengawasan dan perhatian. Selain itu,
mereka juga butuh pengertian dan dukungan dari keluarga yang harusnya mereka
dapatkan sebagai seorang anak. Jika hal ini dibiarkan, penyimpangan tersebut
akan semakin parah.
Untuk mengatasi penyimpangan moral pada
remaja, peran orang tua sangat penting. Dengan orang tua yang selalu
mendampingi, mereka akan yakin bahwa mereka tidak sendiri sehingga apapun
kondisinya para remaja tersebut akan berani terbuka pada orang tua. Selain itu,
bimbinglah mereka dan arahkan mereka dengan baik. Sebagai contoh, anda bisa
mendorong para remaja untuk menyalurkan bakat dan hobi dengan cara yang benar
seperti les musik, olahraga dll.
Daftar pustaka
Agustin, Nurihsan. (2011). DINAMIKA PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA
(Tinjauan Psikologis, Pendidikan, dan bimbingannya). Bandung. PT Reflika
Aditama.
Soetjiningsih. (2012). PERKEMBANGAN ANAK
(Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir). Jakarta. PRENADA MEDIA
GROUP.
http://www.siputro.com/2011/06/penyimpangan-moral-pada-remaja-dan-penanggulangannya/
Jones (2000). Mengmukakan beberapa teknik disiplin yang efektif yaitu:
BalasHapusa. Ignoring, dilakukan dengan cara mengabaikan anak bila melakukan perbuatan yang salah.
b. Modeling, imitasi merupakan salah satu metode efektif untuk belajar sesuatu bagi anak.
c. Rules, artinya dibuat secara adi; dan rasionable dan berilah penjelasan kepada anak sesuai dengan kemampuan kognitifnya mengapa aturan itu dibuat.
d. Time out, bila anak melanggar aturan, maka diberi waktu beberapa saat untuk anak memahami bahwa mereka telah berprilaku yang tidak diterima.
e. Natural and logical consequences, anak menerima konsekuensi apabila tidak mau melakukan aturan.
f. Allowing child to take a risk, bila anak melanggar maka anak akan mengalami resikonya.
g. Restricting acti tvities to specific places, perilaku tertentu dapat dilakukan disuatu tempat, tetapi tidak di tempat lain.
h. Anticipating situation that my produce stress of children, mempersiapakan anak menghadapi situasi tertentu agar tidak stress.
i. Planning and Structuring activities, aktivitas yang terencana da terstruktur dan tidak berlebihan yang sesuai dengan usia anak.
j. Building children self-esteem, membantu anak untuk memperoleh kepercayaan diri dan memperbaiki self-conceptnya agar self-esteemnya meningkat, dengan cara memerhatikan anak saat being good dan memberi pujian.
k. Stating expectation in advance, membuat anak mengetahui apa yang diharapkan dan harus tertulis.
l. Giving “I” statements, berbagi perasaan dari pada menyalahkan anak.
m. Encouraging children to set rules for themselves, memberi pemahaman bahwa baturan dibuat untuk dirinya sebagai alat kontrol perilakunya.
(yang ini referensinya buku yang mana?)
tolong informasinya ya.. utk daftar pustaka skripsi. terima kasih
Hapustolong informasinya ya.. utk daftar pustaka skripsi. terima kasih
Hapus