Translate

Rabu, 15 Januari 2014

Perkembangan Moral Pada Anak



Perkembangan Moralitas Anak
A.    Pendahuluan
Perkembangan penalaran moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral dapat terlaksana apabila:
1.      Anak sudah mampu bernalar atau berfikir tentang aturan-aturan yang menyangkut etika perbuatan. Fokusnya adalah pada penalaran yang digunakan oleh anak untuk membenarkan suatu keputusan moral.
2.      Perilaku anak sesuai dengan suasana dan lingkungan moral.
3.      Anak merasa bersalah apabila melanggar aturan yang telah ditetapkan dan sebaiknya ia merasa senang bila dapat melawan godaan. 
Moralitas atau moral adalah istilah yang berasal dri bahsa latin mos yang berarti cara hidup atau kebiasaan. Secara harfiah istilah moral berarti sama dengan istilah etika, tetapi dalam praktiknya istilah moral telah jauh dari istilah harfiahnya. Moral atau moralitas ini dilandasi oleh niali-nilai tertentu yang diyakini oleh orang-orang tertentu sebagai sesuatu yang baik atau buruk, sehuingga pada akhirnya dapat membedakan mana yang patut dilakukan dan perkara mana yang harus ditinggalkan. Setidaknya ada enam prinsip moral yaitu:
1.      Prinsip keindahan
2.      Prinsip persamaan
3.      Prinsip kebebasan
4.      Prinsip kebaikan
5.      Prinsip keadilan
6.      Prinsip kebenaran
Secepat individu menyadari bahwa ia merupakan bagian anggota dari kelompoknya, secepat itu pula pada umumya individu menyadari bahwa terdapat aturan-aturan prilaku yang boleh atau tidak boleh, harus atau terlarang melakukannya. Aturan-aturan yang boleh atau tidak boleh itu disebut moral. Proses penyadaran moral tersebut berangsur tumbuh melalui interaksi dengan lingkungannya di mana ia mungkin mendapat larangan, suruhan, pembenaran atau persetujuan, kecaman atau ancaman, atau merasakan akibat-akibat tertentu yang mungkin menyenangkan atau memuaskan mungkin pula mengecewakan dari perbuatan yang dilakukannya.

B.     Perkembangan Moral Pada Masa Anak-Anak Awal
       Mengacu pada teori perkembangan moral, anak-anak usia pra sekolah yang penalaran kognitif ada pada tahap pra-operasional, perkembangan moralnya juga masih terbatas. Perkembangan pada tahap ini merupakan penalaran oral yang prakonvesional. Penalaran moral pada tahap ini mendasarkan pada objjek di luar iindividu sebagai ukuran benar atau salah. Anak pada masa ini ada pada stadium orientasi patuh dan takut hukuman.
       Pada tahap ini anak menilai semua perbuatannya sebagai benar atau salah berdasarkan akibat-akibatnya dan bukan berdasarkan motivasi yang mendasarinya. Masa-masa ini merupakan masa penegakan disiplin. Menurut Hoffman (Hurlock, 1980) pertumbuhan moral anak erat hubungannya dengan kegiatan mendisiplinkan anak.
1.      Kedisiplinan anak
      Disiplin merupakan cara orangtua mengajarkan anak-anak nya perilakun moral yang diterima kelompok. Tujuannya adalah untuk memberitahukan kepada anak perilaku mana yang baik dan mana yang buruk dan mendorongnya untuk berprilaku sesuai dengan standar-standaryang ditetapkan. Melalui disiplin, anak dapat belajar berprilaku dengan cara yang diterima oleh masyarakat. Pokok utama disiplin sebenarnya dalah peraturan, yaitu pola tertentu yang ditetapkan untuk mengatur pola prilaku anak. Jadi sebaiknya orang tua membuat peraturan yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak, yang dapat dimengerti dan diterima anak, yang diterapkan oleh konsisten oleh siapapun agar upaya mendisiplinkan anak dapat berjalan dengan baik.
Ada empat unsur dalam disiplin yaitu (Hurlock, 1980):
a.       Peraturan sebagai pedoman perilaku
b.      Konsistensi dalam menerapkan peraturan dan cara yang digunakan.
c.       Hukuman bagi pelanggaran peraturan.
d.      Hadiah atau penghargaan untuk perilaku yang sesui dengan peraturan.

2.      Disiplin yang efektif
      Disiplin yang diterapkan pada anak hendaknya memang berkaitan dengan upaya pembentukan  prilaku positif yang penting dimiliki oleh anak, dan disesuaikan dengan perkembangannya. Oleh karena itu harus ditunjukan untuk mengevaluasi prilaku positif dari anak, yang ditampakan dalam lima kriteria disiplin yang efektif, yaitu:
a.       Anak merasa disiplin itu penting baginya.
b.      Dipatuhi dan dilakukan dengan semangat.
c.       Mengajarkan ketrampilan hidup dan keterampilan sosial yang bernilai untuk karakter yang baik.
d.      Membantu anak mengembangkan keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan.
     Pengenalan disiplin kepada anak oleh orangtua harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan penuh kasih sayang, demikian juga yang harus dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya. Jones (2000). Mengmukakan beberapa teknik disiplin yang efektif yaitu:
a.       Ignoring, dilakukan dengan cara mengabaikan anak bila melakukan perbuatan yang salah.
b.      Modeling, imitasi merupakan salah satu metode efektif untuk belajar sesuatu bagi anak.
c.       Rules, artinya dibuat secara adi; dan rasionable dan berilah penjelasan kepada anak sesuai dengan kemampuan kognitifnya mengapa aturan itu dibuat.
d.      Time out, bila anak melanggar aturan, maka diberi waktu beberapa saat untuk anak memahami bahwa mereka telah berprilaku yang tidak diterima.
e.       Natural and logical consequences,  anak menerima konsekuensi apabila tidak mau melakukan aturan.
f.       Allowing child to take a risk, bila anak melanggar maka anak akan mengalami resikonya.
g.      Restricting acti tvities to specific places, perilaku tertentu dapat dilakukan disuatu tempat, tetapi tidak di tempat lain.
h.      Anticipating situation that my produce stress of children,  mempersiapakan anak menghadapi situasi tertentu agar tidak stress.
i.        Planning and Structuring activities,  aktivitas yang terencana da terstruktur dan tidak berlebihan yang sesuai dengan usia anak.
j.        Building children self-esteem, membantu anak untuk memperoleh kepercayaan diri dan memperbaiki self-conceptnya agar self-esteemnya meningkat, dengan cara memerhatikan anak saat being good dan memberi pujian.
k.      Stating expectation in advance, membuat anak mengetahui apa yang diharapkan dan harus tertulis.
l.        Giving “I” statements, berbagi perasaan dari pada menyalahkan anak.
m.    Encouraging children to set rules for themselves, memberi pemahaman bahwa baturan dibuat untuk dirinya sebagai alat kontrol perilakunya.

3.      Pelanggaran
      Anak dapat melakukan berbagai macam pelanggaran namun bentuk yang sering dilakukan adalah ketidakteraturan, menisap ibu jari, mengompol, membuat suasana ribut, ledakan amarah, berbohong, merusak, bermain curangdan menggeluyur. Namun pada masa anak awal, pelanggran yang dilakukan berkaitan juga dengan belum matangnya anak, yang berangsur-angsurakan berkurang dengan bertambah nya usia.

4.      Manfaat Disiplin
      Oleh sebab itu kedisiplinan harus dilatihkan kepada anak sejak awal agar anak mempunyai kebiasaan berprilaku yang baik, tertib yang akan sngat berguna dalam mendukung perkembangaa aspek-aspek lainya dan untuk krhidupan kelak. Melalui disiplin anak akan:
a.       merasa aman, karena ia akan tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
b.      Membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah.
c.       Memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial.
d.      Merasa disayang dan diterima akibat dari reward perlakukan baiknya.
e.       Pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharap darinya.
f.       Membantu anak dalam mengembangkan hati nuraninya karena “suara dari dalam” membimbing anak membuat keputusan dan mengendalikan perilakunya.



5.      Hukuman
      Dalam upaya mendisiplinkan anak, kadang kala ada orang tua yang menerepkan pemberian hukuman dalam beberapa bentuk, namun seringkali dalam bentuk hukuman fisik.
Menurut Gershoff (Santrock, 2007), hukuman fisik berkorelasi dengan rendahnya tingkat kesadaran dan aggresivitas pada anak, rendahnya tingkat internalisasi moral, dan kesehatan mental yang lebih rendah. Beberapa pendapat menyatakan perlunya menghindari hukuman dengan alasan sebagai berikut:
a.       Orangtua yang menghukum anaknya derngan berterriak, menjerit, dan memukul akan menjadi model lepas kendali ketika menghadapi situasi yang menekan bagi anal-anaknya.
b.      Hukuman bisa menanamkan rasa takut, kemarahan dan penghindaran.
c.       Hukuman memberi onformasi pada anak tentang apa yang tidak boleh dilakukan bukan apa yang harus dilakukan.
d.      Hukuman bisa bersifat menyiksa. Walaupun sebenernya orangtua tidak bermaksud demikian.
      Mengingat efek yang ditimbulkan dari pemberian hukuman, kebanyak psikolog anak merekomendasian agar orang tua menghindari terutama hukuman fisik, dan apabila apabila anak melakukan kesalahan lebih baik mengajak anaknya berpikir logis, yaitu menjelaskan akibattindakan anak khususnya terhadap orang lain.
      Hukuman seringkali mengakibatkan seseorang menjadi merasa down dan “buruk”. Ada tiga efek negatif hukuman yang dapat muncul yag disebut dengan three R’s of Punishment, yaitu prilaku:
a.       Rebellion
b.      Revenge
c.       Retreat.

C.    Perkembangan Moral pada Masa Anak-anak Akhir
·         Anak berbuat baik bukan untuk mendapat kepuasan fisik, tetapi untuk mendapatkan kepuasan psikolog yang diperoleh melalui persetujuan sosial.
·         Karena lingkungan lebih luas, kaidah moral sebagian besar ditentukan olah norma-norma yang terdapat dalam kelompoknya.
·         Usia sekitar  10-12 tahun sudah mengenal konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, dan kehormatan.
·         Oerbuatan baik-buruk dilihat dari apa motif melakukan hal tersebut.

1.      Disiplin Pada Masa Anak-anak akhir.
Disiplin dapat dilakukan dengan beberapa cara (Papalia dkk, 2008), antara lain:
a.       Penarikan kasih sayang.
Adalah bentuk disiplin dimana orang tua menahan pemberian atensi atau kasih sayang terhadap anak.
b.      Penegakan kekuasaan.
Adalah teknik disiplin dimana orang tua mencoba untuk mengambil alih kontrol dari si anak atau mengambil alih sumber daya yang dimiliki anak.
c.       Induksi
Yaitu teknik disiplin dimana orangtua menggunakan penalaran dan penjelasan tentang konsekuensi perilaku anak terhadap oranglain.
Walaupun ada berbagai hasil penelitian, namun model ketiga yaitu induksi, lebih berhubungan secara positif dengan perkembangan moral dari pada penarikan kasih sayang dan penegakan kekuasaan. Induksi lebih berhasil pada anak usia sekolah dasar dibandingkan pada anak prasekolah, dan lebih berhasil pada anak dengan status sosial ekonomi menengah daripada yang rendah.

1)      Discipline style
Gaya disiplin mempunyai pengaruh besar bpada keterampilan sosial anak. Hart dkk (1992) mengemukakan ada tiga gaya disiplin, yaitu:
-          Permissive discipline style. Gaya disiplin ini ditandai dengan kecenderungan orangtua untuk memenuhi keinginan anak dan tidak memberi batasan yang tegas.
-          Power assertive discipline style. Ditandai dengan pemberian perintah tanpa tujuan dan penjelasan atau dengan menggunakan taktik mengancam atau hukuman fisik untuk mengontrol prilaku anak.
-          Inductive discipline style. Ditandai dengan pemberian alasan, penjelasan sebab-akibat, penjelasan tentang konsekuensinya, negoisasi dan umpan balik.

2)      Jenis-jenis hukuman
       Anak-anak yang tidak disiplin, biasanya mendapat hukuman. Ada bermacam-macam hukuman yang masing-masing mempunyai efek yang berbeda. Menurut Wilson (1999), jenis-jenis hukuman meliputi:
-          Physical punishment. Hasi;-hasil riset secara konsisten menunjuka bahwa hukuman fisik bersifat negatif seperti munculnya rasa marah, dendam dan rendah diri serta malu.
-          Spoken punishment. Berefek pada self-esteem yang rendah.
-          Witholding rewards. Melarang anak melakukan aktivitas yang menyenangkan karena prilaku buruknya dan reward diberikan bila berprilaku positiv.
-          Penalties.anak harus memberikan sesuatu yang berefek tidak menyenangkan karena prilaku salahnya.

3)      Kaitan Perkembangan Moral dengan Pengasuhan orangtua
       Hasil penelitian Einsberg dan Valiate 2002. Menunjukan bahwa anak yang memiliki perkembangan moral yang baik adalah anak yang orang tuanya memiliki kecenderyang orang tuanya memiliki kecenderungan:
-          Hangat dan mendukung , kettimbang menghukum.
-          Menggunakan disiplin model induktif
-          Memberi kesempatan untuk anak untuk mempelajari dan memahami perasaan oranglain.
-          Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga dan dalam proses pemikiran mengenai keputusan moral.
-          Menjadi model penalaran dan prilaku moral, menyediakan kesempatan bagi anak untuk melakukan hal tersebut.
-          Menyediakan informasi mengenai prilaku apa yang dharapkan dan mengapa.
-          Membangun moralitas internal dan bukan eksternal.




4)      Pendidikan Moral anak
       Orangtua berperan penting dalam perkembanganan moral anak. Namun sayangnya kebanyakan orangtua tidak mempraktekan pola asuh dan pendidikan tepat untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Seringkali orang tua menginginkan anaknya mempunyai prilaku yang baik, tetapi tidak mengajarkan atau melatihnya padahal perilaku yang baik tidak dapat terbentuk dengan sendirinya tetapi harus dibentuk. Hal ini disebabkan karena faktor kepribadian, pengalaman attachment, kekurangan informasi, cultural expectation, atau problem kesehatan mental.
Selain dilakukan oleh orangtua  secara langsung pada anak, pendidikan moral dapat dilakukan dengan beberapa cara antaralain:
-          Kurikulum tersembunyi disekolah. Kurikulum ini berupa atmosfer moral yang diciptakan oleh sekolah dan kelas, orientasi moral dari para guru dan staff administrasi sekolah, serta memasukan dalam materi teks pelajaran.
-          Pembelajaran pelayanan. Merupakan bentuk pendidikan yang mengangkat tanggungjawab sosial dan pelayanan terhadap komunitas.
-          Pendidikan karakter. Yaitu mengajarkan anak untuk “melek moral” dengan memahami nilai-nilai karakter positif yang hrus dimiliki untuk mencegah mereka melakukan prilaku immoral.

5)      Karakter yang harus dikembangkan.
       Menurut Indonesia Heritage (Megawangi, 2003), ada sembilan faktor yang penting dimiliki oleh setiap individu, yaitu:
-          Cinta kepada Allah SWT dan semesta beserta isinya.
-          Tanggungjawab, disiplin, mandiri.
-          Jujur
-          Hormat dan santun.
-          Kasih sayang, peduli dan kerjasama
-          Percayadiri, kreatif, dan pantang menyerah
-          Keadilan dan kepemimpinan
-          Baik dan rendah hati.
-          Toleransi, cinta damai dan persatuuan.
Selanjutnya Megawangi (2003) menambahkan dalam proses pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama , mengerti baik dan buruk , mengerti tindakan apa yang harus diambil dan mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik.
Kedua, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Ketiga, mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Pada tahap ini, kebajikan sudah diwujudkan dalam bentuk perilaku dan sudah menjadi tindakan yang bisa dilakukan.

D.    Issu mengenai Seks Bebas dan Solusiya
Di negara kita saat ini, banyak sekali terjadi penyimpangan moral dan hal itu dilakukan oleh masyarakat kita dari berbagai kalangan dan usia. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena hal tersebut akan membawa dampak negatif pada keadaan negara kita. Ada banyak contoh yang perlu anda ketahui yang termasuk dalam kategori penyimpangan moral. Informasi tersebut diharapkan membuat anda paham tentang penyimpangan itu sehingga mampu menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan tersebut.
“Penyimpangan moral tersebut bisa diakibatkan oleh budaya barat yang tidak disaring dengan baik sehingga semuanya diserap oleh generasi muda kita. Dalam masa pubertas, keinginan mereka untuk mencoba sangat besar dan sering mereka tidak memikirkan resiko dari perbuatannya tersebut.”
Contoh penyimpangan moral dikalangan remaja adalah perilaku seks bebas, pemakaian narkoba, budaya hedonisme dan juga gaya berpakaian yang tidak sepantasnya. Jika hal ini dibiarkan maka generasi muda kita akan hancur dan bangsa ini akan jauh dari kemajuan dan kemakmuran. Selain itu, hal tersebut akan membawa pengaruh yang buruk pada system sosial negara kita. Penyimpangan tersebut sudah terjadi sejak lama dan banyak orang yang menutup mata dan telinga dari kondisi ini.
Penyimpangan moral tersebut bisa diakibatkan oleh budaya barat yang tidak disaring dengan baik sehingga semuanya diserap oleh generasi muda kita. Dalam masa pubertas, keinginan mereka untuk mencoba sangat besar dan sering mereka tidak memikirkan resiko dari perbuatannya tersebut. Selain budaya barat, kondisi keluarga juga menjadi penyebab dari penyimpangan moral pada kalangan remaja. Mungkin orang tua lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah untuk bekerja sehingga para remaja tersebut kurang kasih sayang, pengawasan dan perhatian. Selain itu, mereka juga butuh pengertian dan dukungan dari keluarga yang harusnya mereka dapatkan sebagai seorang anak. Jika hal ini dibiarkan, penyimpangan tersebut akan semakin parah.
Untuk mengatasi penyimpangan moral pada remaja, peran orang tua sangat penting. Dengan orang tua yang selalu mendampingi, mereka akan yakin bahwa mereka tidak sendiri sehingga apapun kondisinya para remaja tersebut akan berani terbuka pada orang tua. Selain itu, bimbinglah mereka dan arahkan mereka dengan baik. Sebagai contoh, anda bisa mendorong para remaja untuk menyalurkan bakat dan hobi dengan cara yang benar seperti les musik, olahraga dll.
 
  
Daftar pustaka
Agustin, Nurihsan. (2011). DINAMIKA PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA (Tinjauan Psikologis, Pendidikan, dan bimbingannya). Bandung. PT Reflika Aditama.
Soetjiningsih. (2012). PERKEMBANGAN ANAK (Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir). Jakarta. PRENADA MEDIA GROUP.
http://www.siputro.com/2011/06/penyimpangan-moral-pada-remaja-dan-penanggulangannya/

3 komentar:

  1. Jones (2000). Mengmukakan beberapa teknik disiplin yang efektif yaitu:
    a. Ignoring, dilakukan dengan cara mengabaikan anak bila melakukan perbuatan yang salah.
    b. Modeling, imitasi merupakan salah satu metode efektif untuk belajar sesuatu bagi anak.
    c. Rules, artinya dibuat secara adi; dan rasionable dan berilah penjelasan kepada anak sesuai dengan kemampuan kognitifnya mengapa aturan itu dibuat.
    d. Time out, bila anak melanggar aturan, maka diberi waktu beberapa saat untuk anak memahami bahwa mereka telah berprilaku yang tidak diterima.
    e. Natural and logical consequences, anak menerima konsekuensi apabila tidak mau melakukan aturan.
    f. Allowing child to take a risk, bila anak melanggar maka anak akan mengalami resikonya.
    g. Restricting acti tvities to specific places, perilaku tertentu dapat dilakukan disuatu tempat, tetapi tidak di tempat lain.
    h. Anticipating situation that my produce stress of children, mempersiapakan anak menghadapi situasi tertentu agar tidak stress.
    i. Planning and Structuring activities, aktivitas yang terencana da terstruktur dan tidak berlebihan yang sesuai dengan usia anak.
    j. Building children self-esteem, membantu anak untuk memperoleh kepercayaan diri dan memperbaiki self-conceptnya agar self-esteemnya meningkat, dengan cara memerhatikan anak saat being good dan memberi pujian.
    k. Stating expectation in advance, membuat anak mengetahui apa yang diharapkan dan harus tertulis.
    l. Giving “I” statements, berbagi perasaan dari pada menyalahkan anak.
    m. Encouraging children to set rules for themselves, memberi pemahaman bahwa baturan dibuat untuk dirinya sebagai alat kontrol perilakunya.

    (yang ini referensinya buku yang mana?)

    BalasHapus
    Balasan
    1. tolong informasinya ya.. utk daftar pustaka skripsi. terima kasih

      Hapus
    2. tolong informasinya ya.. utk daftar pustaka skripsi. terima kasih

      Hapus